Kisah Misteri : 20 Tahun Didampingi Gaib Nenek Bongkok
Begitu lulus Akademi Grafika Jakarta, Agus Suhendi langsung bekerja di sebuah perusahaan grafis yang terletak di kawasan Jakarta Barat. Pria berdarah keraton Kasepuhan Cirebon ini sangat tekun bekerja hingga dia menjadi sangat ahli dalam bidang ilmu grafis. Selain faham betul soal estetika dan artistika, dia juga sangat menguasai teknologi kompugrati.
Dengan disiplin ilmu yang sangat rasional itu, maka Agus Suhendi pun akrab dengan hal-hal yang sangat jauh dari dunia irasional, termasuk masalah mistik. "Pada mulanya saya bukan hanya jauh dari mistik, tapi juga sangat anti dengan hal-hal yang bersifat supranatural. Bukan karena aku sok rasional, tapi karena aku tidak tahu menahu akan hal itu.
Tapi waktu aku kecil, kakekku pernah berkata bahwa bukan tidak mungkin aku dapat maunnah atau warisan gaib dari kakek moyangku yang memang akrab dengan dunia supramistik," ungkap Agus Suhendi, lelaki kelahiran 23 Juli 1965, ketika ditemui Misteri beberapa waktu silam. Sebelum tinggal di sebuah kompleks perumahan yang terletak di Karawa Kodya Tangerang, Agus Suhendi mengontrak rumah di Rawabelong, Jakarta Barat.
Di dekat kontrakan Agus Suhendi ada sebuah empang ikan emas dan lele. Setiap hari Agus melewati empang milik warga asli Betawi itu. Sebagaimana empang pada umumnya, sekali-kali Agus melihat lele dan ikan emas yang nongol ke permukaan air. Tapi, suatu hari, persisnya malam Jumat Pon, sepulangnya dari kerja lembur, Agus dikagetkan oleh penampakan aneh di empang itu.
"Waktu itu, saya melihat ular naga yang sangat besar memenuhi air empang. Naga itu bersisik tebal, warna berkilau dengan mata yang menyala-nyala. Astaghfirullah. Aku berusaha untuk lari, tapi kakiku terpaku. Naga itu kemudian masuk ke air dan menghilang ke dalam empang. Setelah kuperhatikan dengan seksama, naga itu
ternyata tidak ada sama sekali di dalam empang, Aku berusaha mencubit kulit tanganku, pikirku, mungkinkah aku bermimpi. Kulit yang dicubit ternyata sakit dan aku tidak bermimpi, bukan sedang tidur!" cerita Agus.
Besoknya, Agus segera menemui seorang Kyai besar yang juga mukim di daerah Rawabelong. Dengan hati-hati Agus menceritakan tentang apa yang dilihatnya di empang itu. Sang Kyai kemudian meritual Agus dan mengajak Agus kembali ke empang.
"Naga itu memang naga siluman. Jin dari Tiongkok yang menghuni empang
ini," bisik sang Kyai, hati-hati. "Kau akan mendapatkan sesuatu dari naga itu, tapi kapan mendapatkannya tidak diketahui dengan pasti. Ingat, bila kau diberi dan mendapatkan benda apapun dari naga itu, simpanlah dengan baik," pesan sang Kyai, yang minta dirahasiakan namanya kepada Misteri.
Seminggu setelah peristiwa penampakan naga, Agus dikagetkan oleh seorang nenek bertubuh bongkok yang menyambangi rumah kontrakannya. Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 24.00 tengah malam.
"Siapa ibu, dari mana dan ada perlu apa datang ke rumah saya?" sapa Agus. "Ikut saya sekarang, Nak! Kita pergi ke empang sana," kata si nenek dengan suara serak. Agus langsung ingat hal gaib menyangkut naga yang dilihatnya di empang itu. Entah mengapa, tanpa rasa takut sedikitpun, dengan cepat dia memakai baju dan sarung. Setelah itu, bersama si Nenek Bongkok yang sama sekali belum pernah dikenalnya, dia pergi ke empang yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumahnya. "Aku berjalan di belakang nenek itu dengan hati berdebar-debar. Aku merasa sesuatu akan terjadi," kenang Agus.
Sesampainya di empang, si Nenek menunjuk ke suatu arah pojok empang sebelah selatan.
"Lihatlah lampu kecil yang menyala redup di pojok itu!" kata si Nenek sambil menunjuk ke satu arah di sudut empang. Agus terperangah. Dia melihat ada cahaya berwarna merah di balik daun kiambang, tumbuhan air yang biasa hanyut ke sana ke mari di empang. Sinar itu sangat mirip dengan cahaya bohlam jantung yang sangat benderang.
Sesuai petunjuk, Agus segera mendekat ke arah lampu. Saat tangannya akan menyentuh lampu itu, si nenek Bongkok kembali berkata, "Ambillah lampu itu, Nak!"
Agus segera mengambil lampu kemerahan itu. Lampu itu ternyata bukan lampu biasa, tapi lampion kecil yang di dalamnya terdapat batu akik berwarna merah. Batu itu disebutkan oleh Agus sebagai Batu Mustika Mirah Delima.
"Simpanlah batu ini dan jangan disalahgunakan. Tidak boleh dijual atau ditukar apapun juga!" pesan si Nenek. Anehnya, setelah berbicara begitu, sekitar pukul 02.00 dinihari, nenek itu menghilang. Seiring dengan itu, bau wewangian pun menyebar di sekitar empang. Ya, empang yang berbau amis, tiba-tiba wangi berbau bunga melati.
Apa yang dikatakan Kyai dulu sangat benar. Agus kembali mendatangi sang Kyai, yang kemudian memberinya selamat. Selain mewanti-wanti agar Agus hati-hati menjaga barang yang disebut kyai sebagai titipan gaib itu, Agus juga diberikan saran-saran untuk tidak meninggalkan sholat dan tidak boleh meninggalkan zakat.
Hingga tahun 2005 ini Agus tetap bekerja sebagai pakar gratis di sebuah perusahaan periklanan besar di Harmoni. Agus yang rajin ibadah puasa sunnah itu sering diledek oleh teman-temannya karena aktifitas ibadah dan puasanya yang rutin dan total.
Sementara itu, sosok Nenek Bongkok, hingga sekarang masih kerap menemui Agus Suhendi. Penampakannya kadang berupa burung elang, terkadang berbentuk
macan putih, dan sering pula berbentuk kucing besar sebesar macam tutul.
Sebuah keajaiban berlangsung. Se-tahun lalu Agus ditabrak sebuah kijang dengan kecepatan tinggi. Sepeda motor Agus hancur total. Semua orang mengira dia meninggal terseruduk mobil kijang. Tapi Agus yang terpelanting, jangankan sampai patah tulang, robek sedikitpun tubuhnya tidak sama sekali. Dia mampu berdiri dengan baik dan tak ada cacat sedikitpun.
"Alhamdulillah, Allah melindungi saya lewat kekuatan gaib si Nenek Bongkok yang tiba-tiba muncul saat tabrakan kencang itu terjadi!" ungkap Agus, penuh syukur.
Agus juga dapat membuktikan keampuhan batu Mustika Mirah Delima yang berwarna kemerahan itu. Bila batu itu dimasukkan ke kolam renang, maka air satu kolam renang akan menjadi merah. Bila batu digenggam dan rambut dipotong dengan gunting atau silet, maka rambut itu tidak bisa terpotong sama sekali. Bila kulit ditusuk dengan pisau, saat memegang batu itu, kulit tidak akan menjadi luka. Si pemegang akan menjadi kebal.
Diam-diam, batu itu dikejar banyak orang dan Agus tidak akan mau melepaskannya. Berapapun harga yang ditawarkan. Terakhir ada yang menawar Rp 1 milyar dari Pengusaha Irak, namun Agus menolak. Maklum, penguasa Irak pemerintahan boneka Amerika saat ini sangat rentan terhadap bom. Banyak sekali kasus pembunuhan yang mengerikan tengah mengancam jiwa pemimpin Irak saat ini. Untuk itu, benda-benda yang dapat dibuktikan bikin kebal, konon diburu pemimpin Irak di seluruh pelosok dunia, termasuk di Indonesia.
" Sampai matipun, aku tidak akan menjual benda titipan ini. Nenek selalu bersama saya dan dia akan murka bila aku menelantarkan batu itu, termasuk menjualnya!" tegas Agus.
Sudah 20 tahun batu itu bersama Agus. Setiap malam tertentu, 3 kali dalam setahun, Batu Mustika Mirah Delima itu mengeluarkan suara seperti orang mengaji berlagu. Suara perempuan yang sangat indah, syahdu dan menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
Bahkan, "Saya sering menangis setiap kali suara itu muncul. Dan Nenek selalu duduk beberapa meter dari tempat saya mendengarkan ayat-ayat yang dikumandangkan itu. Aku yakin, suara yang keluar itu adalah suara si Nenek," tutup Agus yang keberatan ketika Misteri meminta akan mengabadikan batu ajaib miliknya lewat jepretan kamera.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar