CERITA MISTERI : Istriku Diganggu Kebo Kemali


Peristiwa aneh berupa ulah mahluk gaib yang mengganggu manusia sudah sering terjadi. Selain mengganggu dengan menyakiti secara fisik, atau pun sekedar enebar terror, ternyata gangguan secara seksual juga bisa saja terjadi. Makhluk gaib yang sering jahil mengganggu wanita dengan ulah mesumannya adalah Genderuwo. 

Kebo Kemali adalah bangsa makhluk halus yang ternyata juga senang mengganggu wanita. Perkara gaib ini setidaknya pernah terjadi di Desa Waru, Kabupaten Rembang beberapa beberapa waktu yang lalu. Oang yang mengalami kejadian itu adalah seorang pria bernama Sabar isterinya, Lastri.

Diceritakan kepada Misteri, kejadiannya bermula dari suatu malam yang mencekam.Saat itu, Warga Desa Waru dicekam ketakutan lantaran cerita dari desa sebelah yang mengatakan ada lelaki misterius yang sering kelayapan tengah malam. Belum lagi ditambah cerita beberapa pemuda setempat, yang mengaku pernah memergoki lelaki dengan wajah seram yang hendak masuk ke salah satu gang di desa itu. Maka semakin komplitlah perasaan seram yang menghantui warga.

Demikian pula halnya dengan Sabar, yang memang amat penakut. Dia juga merasakan perasaan was-was yang amat sangat. Dia sebenarnya lebih suka untuk mengurung diri di rumah, dengan melipat tubuhnya di dalam selimut. Namun karena tanggungjawabnya sebagai warga, dia terpaksa harus turut serta menjaga ketentraman desanya. Hampir tiap malam, meski tidak sampai semalam suntuk, Sabar ikut jaga malam di pos kamling yang berdiri tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Malam itu adalah giliran Sabar yang kebagian jadwal jaga. Karena tugas inilah dia harus rela meninggalkan istrinya. Sebelum berpamitan pada sang istri, dia sudah menyiapkan segala perlengkapan untuk jaga malam. Sebuah lampu senter diselipkan di dalam jaketnya. Begitu juga sebuah sarung yang dipersiapkan untuk mengusir dinginnya malam, juga sudah melingkar di lehernya.

“Bune, saya pergi dulu ke pos kamling, ya! Tidak enak kalau terlalu malam keluarnya,” ucap Sabar saat berpamitan pada Lastri, istrinya.

“Iya, Pakne. Hati-hati, ya!” Jawab Lastri, singkat. 

Sabar langsung geloyor pergi. Pintu rumah pun segera dikunci dari luar oleh Sabar. Lastri langsung mematikan lampu yang menyinari ruangan tamu rumahnya. Begitu juga lampu ruang dapur, juga ikut dimatikan. Tinggal sebuah bolham 5 watt yang masih menyala di dalam kamarnya. Anaknya yang sudah sekolah di TK memang paling takut tidur dalam kegelapan, oleh karena itulah lampu itu dibiarkan menyala. Sementara di halaman rumahnya juga dibiarkan gelap. Maklum saja, keluarga sederhana itu harus nebeng tetangga untuk mendapatkan aliran listrik. Oleh karena itulah mereka harus bisa membawa diri. Harus mengirit penggunaan listrik agar tidak diomeli oleh yang punya listrik itu.

Di rumah isteri dan anaknya sudah damai dalam pembaringan, sementara Sabar baru tiba di pos kamling. Kedatangannya langsung disambut olok-olok oleh beberapa orang yang sudah menunggu di sana.

“Wah, ngambil jatah dulu ya, Bar!” Canda Gino.

“Ngambil jatah apaan, wong anak-anakku belum tidur kok!” Ujar Sabar sambil duduk di sisi pos kamling.

Malam semakin larut. Suara gelak tawa beberapa orang yang berjaga di pos kamling berganti dengan keheningan. Di tengah dinginnya angin laut yang berhembus kencang itu, tinggal suara jangkrik yang masih terdengar keras.

Malam itu mendung berarak di angkasa. Bagaikan gumpalan asap yang membumbung dari cerobong pabrik. Mendung itu lalu berkumpul dalam satu titik, dan menutupi bulan purnama yang sedang menyinari bumi. Menghapus cahaya yang menyinari Desa Waru. 

Sementara anjing dari seberang desa mulai melolong. Begitu juga ketepak suara sayap burung hantu yang hinggap di atas pepohonan, semakin menambah suasana malam itu terasa mencekam.

Sementara di balik bamboo usang, sepasang mata mengintip di antara sorot lampu yang bertemprasan keluar. Lastri tampak gelisah malam itu. Tubuh ibu muda ini membujur di samping anaknya yang tidur pulas. Meski begitu, malam itu mata Lastri sulit dipejamkan. Entah apa yang dipikirkan, sehingga dia tidak bisa tidur.

Ketika lamunannya menerawang entang kemana, tiba-tiba Lastri dikejutkan oleh suara yang amat pelan di luar rumah. Sepertinya, ada seseorang yang ingin membuka pintu kamarnya yang memang selalu dikunci rapat bila sang suami pergi. Demi keamanan dirinya.

“Siapa itu?” tanya Lastri tersentak dari kegelisahannya.

“Ini aku, tolong bukakan pintu, Bune!” Jawab suara di luar kamar.

Lastri paham betul bahwa suara itu adalah suara milik Sabar, suaminya. Oleh karena itulah tanpa pikir panjang, dia segera membukakan pintu kamarnya. Didapati suaminya sudah berdiri di depan kamar.

“Kok sudah pulang Pakne, apa tidak takut diomeli teman-temanm?” tanya Lastri sambil memandang suaminya.

“Saya sudah ngomong pada mereka, semuanya maklum kok,” jawab Sabar sambil mengedipkan matanya pada Lastri. Lastri pun tersenyum lalu ngeloyor masuk ke dalam kamar. Dia tahu betul maksud dari suaminya.

Kegelisahan malam itu akhirnya terobati. Kerinduan pada kehangatan sang suami disaat dia kedinginan akhirnya terpenuhi. Malam itu pasangan muda itu melampiaskan rasa rindunya. Jeritan-jeritan kecil sesekali mengganti suara jangkrik dan lolongan suara anjing.

Setelah Sabar dan Lastri melewati malamnya yang indah itu, akhirnya mereka berdua terlelap dalam mimpi. Suara irama alam dari binatang-binantang malam, seakan menambah indah malam itu.

Malam seakan berlari dengan cepat. Seiring suara kokok ayam jantan Lastri terbangun dari tidurnya. Dia merasakan ada orang yang menindihnya. Matanya dibuka lebar-lebar, lalu dia berucap “Ada apa, Pakne?”

“Ayolah, aku kedinginan!” Balas Sabar sambil menahan nafas yang terengah-engah. Detak jantungnya juga semakin keras. Subuh itu Sabar betul-betul bernafsu untuk mengusir udara yang begitu dingin.

“Tadi malam kan sudah, Pakne, malah nambah gitu, kok!” Jawab Lastri, lugas.

Seketika itu juga, Sabar langsung terpaku. Dia tidak bisa berkata apa-apa selain cuma memandangi tubuh istrinya yang hanya sebagian tertutup selimut. Sabar langsung berdiri dari tempat tidurnya. Matanya memandang kosong ke depan. Dia teringat cerita dari beberapa tetangganya bahwa lelaki misterius yang mengganggu desanya beberapa malam terakhir ini memang sering mengganggu wanita. Lelaki misterius yang belakangan ditengarai sebagai Kebo Kemali tersebut, sering menggauli wanita yang ditinggal pergi suaminya. Sabar tidak habis pikir, kenapa isterinya sendiri yang menjadi korban.

“Apa betul, tadi malam kita telah berhubungan badan, Bune?” Tanya Sabar, masih tak percaya.

“I…iya, Pakne!” Jawab Lastri dengan suara terputus dan ragu. Melihat ekspresi suaminya yang merasa tidak melakukan hubungan itu, akhirnya air matanya langsung mengalir. Lastri seakan sadar telah terjadi sesuatu pada dirinya. Dia menyesali apa yang baru saja terjadi.
“Maafkan saya, saya tidak tahu, Pakne!” Katanya dalam sedu sedan tangis.

“Iya, kamu tidak salah!” Balas Sabar. Setelah jawaban singkat itu, mereka berdua hanya membisu. Sambil menunggu fajar yang mulai datang. Mereka baru beranjak dari kamar mereka, setelah anaknya terbangun dari tidur.

Pagi itu Sabar langsung sowan ke rumah Mbah Tasrib, seorang sesepuh desa yang juga seorang ulama. Maksud kedatangannya adalah untuk menceritakan kejadian yang baru saja dialami isterinya semalam.

Ringkas cerita, dari Mbah Tasrib akhirnya Sabar mendapat saran agar dia segera pergi ke rumah seorang kenalan Mbah Tasib, yang mempunyai kemampuan lebih dalam hal dunia gaib.

Setelah mendapat saran dari Mbah Tasrib, Sabar tidak menyia-nyiakan waktu. Dia langsung pergi ke rumah orang yang dimaksud Mbah Tasib tersebut.

“Yang mengganggu isteri kamu itu adalah Kebo Kemali. Saat ini dia memang lagi jatuh hati pada isterimu. Kalau tidak dihentikan, dia akan terus-terusan mengganggu isterimu” terang Mbah Wandi. Dia juga menjelaskan kalau mahluk gaib yang senang menggauli wanita itu adalah mahluk gaib sejenis genderuwo. Namun dia bisa berubah wujud sesuai yang dikehendaki. Khususnya berubah bentuk menjadi suami dari wanita yang akan digaulinya.

“Tapi bentuk asli makhluk itu sesungguhnya menyerupai kerbau. Oleh karena itulah dia sering disebut Kebo Kemali,” ungkap Mbah Wandi lebih lanjut.

“Terus bagaimana agar isteriku tidak diganggu lagi, Mbah?” Tanya Sabar.

“Kalau saya melihat, kamu ini tidak cuma mampu menyelamatkan isteri kamu, tapi juga mampu meringkus Kebo Kemali itu,” jelas Mbah Wandi. Sabar pun hanya mengangguk tanda mengerti.

Dengan niat yang sungguh-sungguh Sabar pun berjanji akan memberi pelajaran pada mahluk itu. Bahkan kalau bisa dia juga berniat meringkus Kebo Kemali. Oleh karena itulah Sabar dengan serius mendengarkan penjelasan yang keluar dari mulut Mbah Wandi.

Setelah sampai di rumah, Sabar segera menyiapkan perangkat yang akan digunakan untuk meringkus Kebo Kemali. Sebuah sapu lidi gerang, yaitu sapu lidi yang sudah sangat pendek karena sudah sangat lama digunakan untuk menyapu, ditaruh di dekat pintu. Aneka bunga yang telah disiapkan juga telah disebar di dalam rumahnya.

Setelah malam semakin larut, Sabar berpamitan pada isterinya. Lastri pun memahami maksud suaminya. Karena dia memang sudah diberi penjelasan oleh Sabar.

Malam itu, sesuai pesan Mbah Wandi, Sabar tidur di luar rumahnya. Tidur di halaman rumah dalam keadaan telanjang bulat. Oleh karena itulah, tanpa diketahui oleh siapapun kecuali istrinya, di malam yang dingin itu Sabar memulai ritual gaib untuk menangkap Kebo Kemali. Hanya beralaskan rumput yang mulai berembun, Sabar tidur seorang diri. Meski tubuhnya direbahkan di tanah, namun matanya tetap terbuka untuk memandang di sekitar rumahnya. Sesekali matanya memandang mendung yang berarak menutupi bintang-bintang.

Setelah sekian lama menunggu, tiba-tiba telinganya menangkap suara langkah kaki yang mendekatinya. Setelah dia menemukan sesosok orang yang sedang berjalan itu, betapa terkejutnya Sabar. Laki-laki itu penampilannya mirip sekali dengan dirinya. Dia mengendap-endap di dinding bambu rumahnya. Dari sorot lampu yang keluar di antara sela-sela dinding bambu itu, sangat jelas terlihat wajah lelaki misterius itu.

“Edan, wajahnya ternyata persis dengan rupaku. Pantesasn isteriku tidak bisa membedakannya,” guman Sabar seorang diri.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata laki-laki misterius itu langsung masuk ke dalam rumahnya, lewat celah dinding bambu. Sabar langsung tertegun! Dia tidak percaya ada orang yang mampu masuk lewat celah sekecil itu. Namun akhirnya hatinya tergugah, sehingga dia tidak menyia-nyiakan waktu untuk segera meringkus Kebo Kemali.

Dengan langkah perlahan, Sabar mulai mengendap-endap masuk ke dalam rumahnya. Sapu lidi gerang segera diambilnya. Dari pintu kamar yang terbuka lebar, Sabar melihat lelaki yang persis dirinya itu berdiri di samping istrinya. Tangannya mengelus-elus dengan pelan beberapa bagian tubuh Lastri. Bahkan lebih nakal lagi, tangan kekar berbulu lebat itu mulai berani meraba kedua paha Lastri. Dan lama kelamaan semakin naik ke atas. Lalu dari belakang, Sabar langsung memukul lelaki misterius itu dengan sapu gerang.

Kecemburuan dan amarah Sabar tidak mampu lagi dibendung oleh jerit tangisan lelaki misterius itu. Tanpa ampun Sabar terus menghujani pukulan yang bertubi-tubi. Sapu lidi gerang itu ternyata menjadi senjata pamungkas untuk melumpuhkan Kebo Kemali. Tubuh lelaki itu terkapar tak mampu berdiri. Dia cuma berjalan merangkak menjauhi Sabar. Sementara Lastri duduk dipojok tempat tidurnya sambil mendekap anaknya. Dia tampak ketakutan. Matanya melihat Sabar yang tampak garang sambil memukul-mukulkan sapu lidi yang dia pegang. Namun anehnya, Lastri tidak melihat siapa yang sedang dipukuli suaminya itu.

Setelah Sabar tanpa ampun terus memukulinya dengan sapu gerang, saat sedang merangkak mencoba menghindari pukulan itu, ternyata kepala lelaki misterius itu berubah menjadi kepala seekor kerbau. Telinganya panjang dan ada dua tanduk di atasnya. Sabar menghentikan pukulannya. Matanya tertegun, tidak percaya dengan apa yang sedang dia saksikan. Hingga tanpa dia sadari, perlahan-lahan kerbau itu berdiri. Saat itulah Sabar baru sadar kalau buruannya itu mau melarikan diri.

Sabar memang lengah. Dia tidak bisa menghentikannya. Pukulan sapu lidi yang dia ayunkan tidak mengenai sasaran. Kebo Kemali langsung berlari. Sabar langsung mengejarnya, namun dia tidak mampu menangkap mahluk itu.

Sejak kejadian itu, cerita adanya lelaki misterius yang berkeliaran di Desa Waru sudah tidak terdengar lagi. Lambat laun desa itu kembali tentram. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu, siapa orang yang telah berjasa mengusir Kebo Kemali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar