HANTU PENUNGGU POHON "CANGKRING"


Di kebun belakang rumahku terdapat pohon cangkring besar. Pohon ini penuh dengan duri besar di seluruh batang dan rantingnya. Di dekat pohon itu sering kali aku mendengar cerita dari orang yang sering diganggu. Ada yang bilang sering lihat anak kecil. Ada juga penjual bakso keliling yang sampai jatuh kesungai gara-gara diganggu makhluk gaib di dekat pohon itu. Tetapi aku sendiri belum pernah mengalaminya.
    Pohon itu adalah milik kakak dari ibuku atau biasa aku panggil dengan sebutan pak de. Suatu hari pak de mau membakar batu bata buatan cucunya. Karena kayunya kurang, maka pak de menebang pohon cangkring itu untuk tambahan kayu bakar. Pada saat penebangan tidak terjadi hal yang aneh sama sekali. Namun keesokan malamnya aku mengalami hal yang aneh.
    Pada saat itu sudah menjelang pagi. Aku yang biasa tidur dikeloni ibuku tiba-tiba terbangun dari tidur karena merasakan kalau aku sendirian. Benar saja, ketika membuka mata aku sudah tidak melihat ibu di sampingku. Selain aku ditinggal sendirian oleh ibuku, aku merasakan ada yang aneh.

Mataku seperti dipaksa untuk melihat kearah pintu kamar yang hanya tertutup oleh horden tipis tembus pandang. 
    Benar saja. Ketika melihat kearah pintu kamar tampak sesosok banyangan tinggi besar dengan mata merah dan rambut acak-acakkan sedang menatapku. Meskipun makhluk itu ada di belakang horden, tetapi masih terlihat jelas karena hordennya hanya kain tipis yang tembus pandang.
    Aku sungguh ketakutan. Mau berlari keluar tidak mungkin karena makhluk itu berdiri di tengah pintu kamar. Aku hanya bisa menutup kedua mataku dengan bantal dan terus membaca doa. Membaca surat-surat pendek yang aku hafal tanpa melirik sedikit pun kearah pintu. Terus dan terus sampai akhirnya ibuku pulang dari jalan pagi. 
    Aku langsung menceritakan kejadian tersebut kepada ibu. Awalnya ibu tidak percaya. Namun keesokan harinya ibu mengalami sendiri kejadian aneh. Pada saat itu ibu sedang menimba air disumur untuk wudhu. Ibu mau mendirikan sholat isya’. Ketika menimba itu lah ibu melihat bayangan lewat didepannya dan menuju kekebun. Setelah diperhatikan bayangan itu hilang begitu saja.
   
    Sebagai tambahan: pada saat membakar batu bata tersebut banyak orang yang merasakan kalau ada sesuatu yang terus mengikuti kami. Dia terus berada dibelakang kami. Bukan Cuma satu dua orang yang merasakan, tetapi hampir semua. Dan pada saat dibuka, batu bata yang kami bakar semalam suntuk dengan bara api yang sangat panas tersebut tidak ada satupun yang matang berwarnya merah. Sesuatu hal yang sulit untuk dinalar dipikiran kami. Karena kami sudah terbiasa membakar batu bata, dan belum pernah mengalami kejadian yang seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar