KISAH MISTER : Susuk Setan Menghancurkan Hidupku
Aku mulai mengenal dunia prostitusi sejak umurku menginjak 24 tahun. Kenyataan hidup yang pahit telah memaksa diriku untuk menjadi seorang pelacur.
Bila kuingat masa kelam yang aku tempuh itu, rasanya semakin sakit dan perih hati ini. Aku ingin masa lalu yang biadab dan terkutuk itu berlalu. Aku tak mau mengingatnya lagi.
Aku yakin, tak ada wanita di dunia ini yang berniat jadi pemuas nafsu sex lelaki hidung belang. Hanya karena takut mati kelaparan demi menghidupi anak semata wayangku, maka jalan hitam itu kutempuh.
Aku menyadari betul bahwa hidupku berlumur dosa, namun aku tak kuasa menolak kodrat sebagai makhluk yang lemah, yang tak mampu bertahan hidup selain menjual tubuh. Sesungguhnya aku telah berusaha mencari jalan lain yang jauh lebih bermartabat untuk hidup ini. Namun, di tengah ketidakberdayaanku, jalan itu seakan menjadi pekat.
Aku juga ingin menjadi wanita baik-baik, punya suami, anak dan keluarga. Namun mimpi itu kian sirna mengingat profesi rendahku ini. Hanya air matalah teman hidupku, sementara kian hari aku semakin tua.
Tak tahulah, masih adakah makhluk laki-laki yang mau mengangkat harkat dan martabatku sebagai seorang isteri, dan masih adakah tersisa semangat hidup menjadi wanita yang sesungguhnya, yang dicintai dan dilindungi.
Mungkinkah aku masih bisa menerima seorang lelaki hadir dalam hatiku, sebab karena lelaki pulalah kini takdir hitam ini kujalani.
Kawasan prostitusi, Solo, adalah tempatku mengais rejeki. Di situlah aku hidup berkubang lendir dosa menjijikkan. Semua pekerjaan tetap memiliki resiko termasuk profesiku ini. Resiko terbesar dan paling kutakuti adalah aku tak menarik lagi serta kalah bersaing dengan pelacur-pelacur muda yang makin banyak.
Mereka tentu lebih menarik, seksi dan tentu....para lelaki hidung belang itu memilih yang lebih muda daripada aku. Walau aku berani bertaruh, diatas ranjang aku akan lebih mampu memuaskan kebutuhan laki-laki untuk memanjakannya.
Masalah penyakit kelamin, terus terang itu tidak pernah kupikirkan. Aku tak pernah merasa takut sedikitpun, sebab bagiku kematian mungkin akan lebih baik.
Menjelang usia 35 tahun, ketakutan itu toh sungguh-sungguh menjadi kenyataan. Aku semakin tak dilirik orang. Pelangganku kian lari. Apalagi ketika itu kondisi tubuhku semakin gemuk, sehingga aku semakin tidak menarik lagi.
Kondisi ini semakin mengancam periuk nasiku. Apalagi perlakuan mami atau induk semangku juga semakin diskriminatif terhadapku. Dia sering marah-marah dan tak bersahabat lagi. Hal ini tentu saja menyangkut income yang aku dapatkan.
Kesulitan yang aku hadapi irfi rupanya ditangkap oleh seorang mami lain yang biasa kupanggil Bude. Di saat keputusasaan melanda batinku, dia menyarankan agar aku mencari pelaris atau daya pikat lewat jasa seorang dukun, yang katanya sakti.
"Anak-anak di sini sebagian besar menggunakan jasa itu. Bila tidak, ya seperti kamu sekarang. Sepi peminat," kata Bude suatu ketika.
Sebenarnya aku sering mendengar tentang pelaris atau semacam susuk untuk memikat laki-laki, bahkan aku sering mendengar sendiri pengakuan beberapa rekan seprofesiku, yang katanya memakai piranti-piranti mistis seperti itu.
Aku ragu saat itu, sebab aku kurang menyukai hal-hal berbau mistik apalagi berhubungan dengan dukun. Bagiku hal ini sangat menyeramkan. Namun pikiranku berubah seiring keadaanku yang kian buruk. Aku mulai berpikir, dari mana aku bisa mendapatkan uang banyak untuk biaya sekolah anakku bila aku selalu sepi peminat?
Tanpa perduli akan dosa, sebab nyatanya hidupku pun di dalam lumpur dosa, akhirnya aku menyetujui tawaran Bude. Bahkan, dia sendirilah yang mengantarku pada dukun itu. Saat bertemu dengan si dukun, aku terkejut juga. Semula kukira dia seorang perempuan tua renta berambut putih dengan tongkat penyangga tubuhnya, tetapi ternyata dukun itu muda sekali.
Mungkin sebaya denganku, bahkan lebih muda dan cukup seksi. Kulitnya halus bagai gadis remaja dan dadanya masih nampak kencang. Namun ada satu hal yang tidak dapat disembunyikan oleh si dukun, yakni rambutnya yang sebagian telah memutih. Ini memang terlihat aneh, sebab tak sesuai dengan keadaan tubuh dan parasnya.
Melihat penampilannya, aku mulai ragu akan kemampuannya tentang dunia pelaris atau susuk. Tapi, kejutan berikutnya aku dengar sendiri dari mulutnya.
"Umurku sudah tujuh puluh lima tahun, Nak. Jangan kaget, ya!"
Pengakuannya ini sungguh membuatku tersentak. Bagaimana mungkin wanita berumur tujuh puluh tahun masih berpenampilan seksi dan cantik? Kalau saja tidak terlihat rambutnya yang telah memutih itu, mungkin sangat sulit untuk dipercaya.
Singkat cerita, dukun yang menetap di salah satu lembah di lereng gunung dekat Ambarawa ini memulai ritualnya atas diriku. Aku dimandikan, dimantrai, dan diasapi dengan kemenyan. Dia juga menyuruhku menelan benda mirip melinjo.
Yang terakhir, dia memasukkan benda yang bentuknya sama dengan benda yang aku telan ke dalam organ vitalku. Cara memasukkan benda mirip melinjo itu hampir sama dengan cara bidan memasukkan alat kontrasepsi. Setelah selesai aku disuruh si dukun jangan melupakan syarat dan pantangannya.
Syaratnya dimaksud adalah setiap malam Jum'at Kliwon, aku diwajibkan mengasapi tubuhku dengan kemenyan. Dalam ritual ini aku harus melakukannya dengan telanjang bulat, dengan cara berdiri mengangkang di atas pendupaan. Dalam ritual ini aku diharuskan membaca beberapa mantra yang diberikan oleh si dukun.
Pantangan yang sama sekali tidak boleh dilanggar adalah aku dilarang berhubungan intim pada malam Jum'at Kliwon. Di samping itu aku juga dilarang menikahi seorang lelaki.
"Sebab kalau kamu kawin, suamimu akan mati I" kata si dukun, membuat bulu kudukku berdiri meremang.
Hari-hari selanjutnya aku kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Seminggu tak terjadi perubahan apapun pada diriku. Artinya, semua lelaki hidung belang yang datang ke tempat lokalisasi tetap saja tak ada yang mau melirikku, apalagi mengajakku ngamar.
Menginjak hari ke tujuh, barulah perubahan-perubahan itu terjadi. Entahlah, seperti ada dorongan gaib banyak lelaki yang sepertinya mulai terpesona pada diriku. Gilanya lagi, keinginan teramat kuat untuk senantiasa berhubungan intim selalu menggelora di dalam dadaku.
Bila tak melakukan hubungan intim, maka aku seperti terus gelisah. Nafsu seksku kian menggelora tak terkendali. Aku seperti kesetanan. Bahkan, bila tidak sedang ada tamu, aku tak jarang menggratiskan tubuhku pada anak-anak ingusan, ataupun lelaki yang aku anggap mampu memuaskan birahiku.
Hasrat seksku selalu menggelora. Dan luar biasanya, seperti gayung bersambut, banyak lelaki hidung belang merasa ketagihan bila berhubungan denganku. Akhirnya, langgananku pun semakin banyak. Kata mereka, aku luar biasa sekali, terutama organ vitalku yang katanya mampu melambungkan mereka ke awang-awang. Bahkan, kata mereka, sensasi organ vitalku tidak dimiliki oleh pelacur-pelacur, atau wanita manapun.
Para hidung belang yang sudah mengenalku lebih jauh merasa heran dan mereka menghiba agar aku mau dijadikan pasangan hidupnya. Namun, aku ingat pantangan itu. Aku tidak boleh menikah!
Waktu terus berlalu. Walau kini aku banyak uang, tapi aku kian tak berdaya. Aku merasa sangat lelah. Belum genap setahun sejak memakai susuk itu, aku hampir menyerah. Dorongan seks itu tetap menggila. Hal inilah yang menjadikanku semakin tersiksa.
Bagaimana tidak, sangat sedikit waktuku untuk istirahat sedangkan para tamuku telah mengantri di luar. Bahkan di antara mereka sering terjadi adu jotos memperebutkan diriku. Aku benar-benar jadi idola.
Lambat tapi pasti aku mulai tak kuat. Kini aku banyak uang tapi tak sedikitipun menyenangkan hatiku. Celakanya, aku sangat sulit mengenyahkan libidoku, padahal aku sangat capek.
Diam-diam aku mulai mengabaikan ritual itu. Tiap malam Jum'at Kliwon tak kuasapi lagi kemaluanku dengan kemenyan, dan aku sengaja tak datang ke dukun itu lagi.
Sungguh aneh, tubuhku sering panas dan juga kemaluanku mengeluarkan bau tak sedap. Aku sengaja menghilang dari lokalisasi secara diam-diam.
Kian hari, bau tak sedap dari selangkanganku kian menyengat, bahkan seperti bangkai. Pada puncaknya ada keluar darah hitam. Aku benar-benar tersiksa karenanya. Di tambah lagi, tiap malam aku seperti didatangi makhluk menyeramkan seperti kucing raksasa yang siap menerkamku.
Aku takut dengan bayangan itu, bahkan aku kerap menantangnya. Biarlah aku mati! Tekadku.
Sudah beberapa dokter kudatangi, tapi tak ada gunanya. Akhirnya, muncul niatku mendatangi orang pintar untuk menghancurkan pengaruh gaib dukun dan susuk itu. Aku juga ingin bertobat.
Kepada Pak Abdullah, guru ngaji sekaligus orang pintar itu kutumpahkan semua kesedihanku, termasuk tentang susuk itu. Kepadanya aku bilang ingin bertobat.
"Percayalah, Allah Maha Pengampun. Bertobatlah selagi masih ada kesempatan!" katanya, arif.
Kyai Abdullah dan isterinya membimbingku dengan penuh kesabaran. Tak lama kemudian aku sembuh. Aku bersujud kepadaNya sebagai tanda syukur.
Menurut Kyai Abdullah, dukun pemasang susuk itu adalah pengabdi setan. Wujudnya akan seperti nenek renta bila siang, tapi malam harinya dia akan cantik jelita.
Oleh Pak Abdullah, aku dititipkan pada sebuah perusahaan tailor cukup ternama di kota Solo. Meski usiaku semakin senja dan dengan penghasilan sedikit, tapi aku benar-benar merasakan kebahagiaan. Bahkan, tak sampai disitu saja kemurahanNya. Kini anakku telah menjadi seorang tentara yang gagah. Dialah hartaku satu-satunya sebagai karunia Tuhan yang tiada bandingannya. Dan dialah kini tempat sandaran hidupku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Agen Slot Terpercaya
BalasHapusAgen Situs Terpercaya
88csn Menyedikan Permaianan Online
- Sportbook
- Live Casino
- Slot Game
- Poker
- Tembak Ikan
Segera Bergabung Dengan Kami :
Contact Kami:
WA : 081358840484
BBM : 88CSNMANTAP
Facebook : 88CSN
Agen Casino Terbaik
BalasHapusAgen Situs Terbaik
https://bit.ly/2ENk1VF
Yuk Gabung Bersama Kami Sekarang Dan Nikmati Berbagai Macam Bonus Menarik Lain Nya Seperti:
*Bonus New Member 120%
*Bonus New Member 50%
* Bonus New Member 30%
* Bonus New Member 20% Khusus Poker
* Bonus Referral
*Bonus Rollingan Casino Hingga 0.8%
*Bonus 5% setiap hari
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : 081358840484
BBM : 88CSNMANTAP
Facebook : 88Csn
-www.jeruk88.com