KISAH MISTERI : Arwah Gentayangan Mau Minta Maaf


Agar tidak menyinggung perasaan orang yang bersangkutan, maka nama, tempat dan alamat tokoh yang ada di artikel ini terpaksa direkayasa. Sebutlah Kiyai Haji Diano Nimkan, 78 tahun, ulama besar yang salah seorang anaknya pindah agama karena menikah dengan warga Amerika Serikat yang non Islam. Peristiwa itu berdampak sangat negatif kepada reputasi kiyai dan publik pun mencemoohkannya. Namun, karena cinta nya kepada anak perempuannya yang bandel itu, maka kiyai tidak mau membuang si anak begitu saja. Bahkan, dengan sabar dia menghadapi kenyataan pahit ini, Secara pelan-pelan, perlahan dan sabar, dia mengharap kesadaran anaknya. 

Namun, Si Anak, bukan sadar, bukan kembali ke ayahnya, namun malah menantang. Bahkan belakangan bukan hanya pindah agama, namun malah jadi pindah warganegara. Dia langsung menjadi warga Amerika Serikat dan melepaskan kewarganegaraan Indonesia. Duh Gusti!
Anita Si Cantik, anak perempuan ke dua Kiyai Haji Diano Nimkan, di luar dugaan, kabur ke Michigan City, Amerika Serikat bersama Richard Hardson dan menikah secara agama Yahudi di negeri Paman Sam.

Peristiwa ini tercium oleh banyak orang dan pers pun ramai memberitakan. Karena kecewa, banyak jemaah pun menjadi ragu kepada Kiyai Haji Diano Nimkan. Banyak jemaahnya kecewa kepada kiyai ini. Maka, karena memprihatinkan kasus itu, hampir semua jemaah yang berjumlah 12 ribuan, pergi meninggalkan majelis taklim Al Barokah pimpinan Kiyai Haji Diano Nimkan dan berpindah ke majelis taklim lain. Peristiwa ini menjadi suatu pukulan yang maha hebat bagi Kiyai Haji Diano Nimkan dan sempat menjadi stress.

Sementara itu, sebagian besar jemaahnya yang pergi meninggalkan majelis taklim Al Barokah pimpinan Kiyai Haji Diano Nimkan di Jalan Rasuna Raya, Jakarta Barat, itu berpindah, ke majelis Taklim Al Munawar, majelis yang selama ini berseberangan dengan Kiyai Haji Diano Nimkan. Pemimpin Majelis Taklim Al Munawar, Kiyai Soleh Burhan, 67 tahun, pernah berselisih faham dengan Kiyai Haji  Diano Nimkan.

Lalu, masalah perselisihan faham itu berkepanjangan hingga kini. Walau setiap kali bertemu mereka berpelukan dan saling cium, tetapi friksi di antara keduanya tetap belum mencair. Mereka sering saling serang di tiap ceramah masing-masing dan terjadi saling sindir di antara keduanya. Mereka berbeda faham dalam hal aliran dalam agama Islam dan perbedaan itu tidak pernah menjadi sama hingga kini.

Anak diberikan Tuhan kepada seseorang sebagai ujian. Ada anak yang soleh dan soleha,
Ada anak yang tidak soleh dan tidak soleha. Ada anak yang baik, ada pula anak yang buruk, bergaul, narkoba dan penjahat. Sebagai orang tua, baik seorang ayah maupun seorang ibu dari si anak yang bermasalah, hendaklah bersabar. Kiyai Diano Nimkan menyadari betul bahwa Anita adalah ujian, tantangan dan cobaan kepadanya sebagai seorang tokoh panutan.

Sejak kasus ini mencuat, undangan ceramah kepada Kiyai Haji Diano Nimkan kontan surut. Ajakan makin lama makin sedikit bahkan belakangan hilang sama sekali. Televisi yang biasa menayangkan ceramah subuh pun, langsung menghentikan program khotbah kiyai.

Sebagai asisten kiyai di majelis taklim dan pesantren, aku sangat prihatin akan hal ini. Aku sangat terguncang melihat keadaan yang drastis menurun ini. Selain menurunnya jumlah santri dan jemaah, menurun pula penghasilan kiyai. Hingga belakangan, kiyai terlibat banyak hutang piutang dan kredit kendaraan yang macet. Empat mobil kreditnya, disita dan beberapa tanah yang diagunkan ke bank, di eksekusi pengadilan. Kiyai benar-benar bangkrut dan pesanternnya pun dipindahkan tangankan kepada kiyai lain.

Dalam keadaan terpuruk ini, kiyai menjadi sakit. Akibat stress akut, maka penyakit darah tinggi kiyai kambuh dan menderita struk ringan. Belum lagi gula darah nya yang tinggi, hingga 500 mg. Asam uratnya pun begitu berat, berukuran 7 plus. Dalam keadaan menderita begini, Anita yang dirindukannya, tidak pernah memperdulikan ayahnya. Beberapa kali di telpon, dikabarkan ayahnya sakit keras, Anita tidak perduli. Jangankan pulang menengok ayahnya, menelpon untuk bicara kepada ayahnya pun, tidak dilakukannya.

Bangkrut, demikian Kiyai Haji Diano Nimkan. Bangkrut secara personal ketokohannya, bangkrut juga secara ekonomi. Rumah pun, belakangan terjual berikut tanah, kendaraan dan beberapa ruko miliknya. Istrinya pun, Umi Zuliyah, menggugat cerai kiyai dan kembali ke rumah warisan orangtuanya di Lampung Selatan.

Dalam keadaan hancur begitu, aku tetap setia mendampingi Kiyai Haji Diano Nimkan. Aku mengurus selama dia sakit seperti aku mengurus orangtuaku sendiri. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kencing dan buang air besar semua di kasur. Akulah yang memberikan pispot dan mengurus kotorannya. Juga, jika sudah bersih, aku juga yang menyuapinya makan.

Dengan hati yang tulus dan jiwa yang ikhlas, aku mengurus kiyai yang juga guru spiritualku ini. Aku mendorong kursi roda dan membawanya ke taman untuk menghirup oksigen segar dan kehangatan matahari pagi. Namun nama Anita, anak kesayangannya
itu, selalu disebut-sebut dan diucapkannya. Bahkan kiyai selalu menanyakan apa kabar Anita.
"Apa kabar Anita Lik?" tanyanya.

"Baik Kiyai, Anita baik-baik saja dan bahagia di Amerika Serikat," kataku.
"Yo, syukur lah, saya harap dia selalu bahagia dan sehat walafiat di sana Lik," desis kiyai, dengan suara yang bergetar dan bola mata yang berkaca-kaca. Aku sangat terharu melihat kenyataan ini. 

Kiyai Haji Diano Nimkan yang dulunya tegar, pintar, cerdas dan bicara berapi-api, kini jadi pesakitan, lemah dan terpuruk hingga ke dasar jurang penderitaan hingga ke dasarnya.
Aku mencarikan uang untuk makan kami. Aku memasak dengan kompor kecil membuat bubur dan telur dadar buta makan berdua. Aku tidak mau meninggalkan kiyaiku dan tidak mau mengabaikannya begitu saja karena tidak ada seorang pun mau mengurus kehidupan kiyaiku ini. Jangankan muridnya, anak kandungnya pun tidak ada seorang pun ada yang mau tahu.

"Kelik, kau bukan hanya asistenku dan bukan hanya muridku, tetapi kau lah anakku. Kau telah melakukan tugas kemanusiaan yang begitu besar untuk menolongku. Kau dengan jiwa yang ikhlas, hati yang tulus tanpa dibayar sesen pun, tanpa digaji bahkan mencarikan makanan untukku. Kau melakukan tugas mulia, tugas yang begitu agung untuk setia kepadaku, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah. Banyak asisten, pembantu dan teman yang hanya siap mendampingi di saat senang. 

Tetapi kau tetap setia di keduanya. Baik di saat aku senang banyak harta dan uang, maupun di saat aku terpuruk, menderita. Bangkrut total dan tak beruang sama sekali. Terima kasih banyak Kelik Haryadi, kau telah begitu baik kepada dan begitu besar jasamu untukku. Untuk itulah, sampai mati aku tak akan pernah melupakanmu, Kelik," desis Kiyai Haji Diano Nimkan, sambil menghapus airmatanya yang menetes di pipinya yang mulai keriput.
Beberapa saat setelah menghapus airmatanya, Kiyai Haji Diano Nimkan memanggil aku. Dia meminta aku mendekat kepadanya.

"Mendekatlah Kelik Haryadi, anakku, kepadaku di sini. Ada sesuatu yang akan aku pesankan kepadamu dan hal ini sangat penting sekali," pinta kiyai, kepadaku.
Dengan semangat, aku mendekat ke kursi roda kiyai. Aku mendekat bangku dan aku mendekatkan telingaku ke dirinya.

"Baiklah, ada apa Kiyai? Hal apa yang akan Kiyai katakan kepadaku?" tanyaku, lugu.
"Saya sudah mendapatkan wisik dari Kekuatan Gaib, dari Malaikat Pencabut Nyawa, tuan Izroil, yang datang tengah malam nanti. Aku akan pergi selama-lamanya. Hanya Kelik yang tahu, tolong jangan diberi tahukan siapapun, termasuk kepada mantan istriku dan anak-anakku semua. Juga kepada adik-adik, kakak-kakakku, saudara sepupuku, jangan diberi tahu semua. Hanya kau yang tahu dan jadikanlah hal ini rahasia kita berdua, Nak," imbuh Kiyai, lirih.
Jantungku berdetak hebat. Otakku tiba-tiba menjadi berat karena terguncang. Ungkapan kiyai itu benar-benar mengagetkanku.

Rasanya, kalau aku bisa menawar, aku akan meminta kepada Tuhan agar kiyai berumur panjang, bisa sehat kembali dan bicara ceramah di televisi lagi seperti dulu. Tapi, saya mempercayai bisikan yang didapat seorang kiyai. Bisikan itu pastilah bukan bisikan setan, namun bisikan Malaikat Izroil pencabut nyawa, yang tengah malam nanti akan datang menjemput kiyaiku yang baik hati.
"Saya tahu kamu berat mengantarkan saya pergi, Kelik. Namun, saya harus pergi tengah malam nanti dan tolong urus jenazah saya dengan baik," ungkap Kiyai Diano, sedih.

Sebelum kuantarkan untuk sembahyang isya', Kiyai Haji Diano Nimkan menyatakan satu hal legi kepadaku. Dia meminta, setelah tujuh hari dia wafat, usai membuat ta dihlilan ke tujuh, Kiyai Haji Diano Nimkan meminta aku pergi ke Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur.

"Di dalam hutan, di tengah Alas Purwo, ada sebuah pohon kayu tua berumur 5000 tahun. Di tengah kayu itu ada lobang besar, di dalam lobang itu ada berlian, emas dan intan yang sangat berharga. Benda berharga itu tidak bisa diambil oleh siapapun kecuali seijin saya. Ambillah benda itu dan jual lah untuk kehidupanmu. Saya ikhlaskan untuk mu dan saya wariskan untuk mu, karena kau telah mengurus saya dengan tulus," ungkap Kiya Diano, serius.

Habis sembahyang Isya', kiyai melanjutkan sholat sunnah lagi, lalu berzikir dengan tekun. Aku menungguinya sar-o ikut berzikir di belakang kursi rotan  berdua berzikir sambil menangis air mataku tidak terasa tumpah, karena sebentar lagi mungkin aku akan berpisah selamanya dengan kiyaiku yang sangat kucintai ini.

Setelah meminta air putih dan aku meminumkan ke bibirnya, kiyai mengajak aku melanjutkan zikir, memuji kebesaran Allah Azza Wajallah dengan membacakan zikir inti, subhanallah, walhamdulillah, walailahaillalah, wallahuakbar. Saking khusuknya kami berzikir, tidak terasa jam di dinding rumah kontrakan kami menunjukkan angka 12 tengah malam. Pukul 12.30 dinihari, kepala Kiyai Haji Diano tertunduk dan aku mendekatinya.

Subhanallah, ternyata Kiyai Haji Diano benar-benar menghembuskan nafas terakhir. Beliau wafat dengan tenang dan di saat Beliau sedang tekun melakukan zikir. Kiyai meninggal dalam kondisi khusnul khotimah. Dalam keadaan iman dan tauhid yang mendalam kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Mungkin karena nama tercemar karena anak perempuannya yang pindah agama dan menjadi warga negara Amerika Serikat, maka tidak banyak pelayat yang hadir. 

Yang datang hanya kerabat, keluarga, famili dan beberapa orang mantan santrinya. Aku mengurus semua persiapan pemakaman, 
sembahyang mayat di mesjid dan tahlilan di malam harinya. Semua dana aku dapatkan dari para kerabat yang menyumbang dan juga dari uang bantuan beberapa pengusaha mantan relasi kiyai. Setelah setiap malam aku mengadakan tahlilan untuk almarhum, sampailah di hari ke tujuh. Nujuh hari dengan mengundang warga setempat dan beberapa orang mesjid di sekitar tempat kontrakan kami.

Setelah nujuh hari, aku berangkat ke Alas Purwo sebagaimana pesan kiyai pada saat masih hidup. Aku berangkat dengan bis ke Banyuawangi lalu menuju selatan kota, masuk ke Hutan Taman Nasional Alas Purwo.

Hutan Alas Purwo adalah hutan tertua di Pulau Jawa. Hutan Alas Purwo adalah hutan terangker di dunia dan dikenal banyak makhluk gaib di daerah yang berluas 43.420 hektar di dua kecamatan di kabupaten Banyuwangi ini. Yaitu kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Pesanggrahan.
Sebenarnya aku takut masuk ke hutan angker ini. Namun, karena perintah kiyaiku, maka aku harus berani masuk dan menginap beberapa malam hingga bertemu pohon berumur 5000 tahun jenis tembesu itu di tengah hutan ini. Dengan hati yang was was dan jantung empot-empotan, aku masuk kedalaman hutan Alas Purwo. Aku masuk jam 16.00 atau jam 4 sore, aku sampai di tengah hutan Alas Purwo pukul 20.45. Pas menemukan pohon tua berumur 5000 tahun jenis tembesu itu.

Tengah malam itu, aku langsung mendekati pohon dan mencari lobang yang dimaksudkan kiyai. Untuk tidak berlama-lama di tengah hutan, aku langsung naik ke pohon berdiameter 4 meter itu dan menemukan lubang pas 5 meter di tengah batang. Untunglah aku pintar memanjat karena pengalamanku di Masaran, Sragen, Jawa Tengah, kampung halamanku sejak lahir. Dengan senter charger kecil, aku menyenteri lubang itu dan aku bisa masuk ke dalam lubang. Di dalam lubang ternyata banyak ular kobra dan ular berbisa itu mengancam akan menggigitku. Barang berharga milik kiyai yang disembunyikan di situ, ternyata sudah ditunggui oleh ular kobra dan benda itu dijaga baik oleh binatang melata yang berbisa itu. Setelah aku menaburkan garam bermantra, ular itu tiba-tiba raib. Ratusan ular menghilang dengan cepat dan aku mampu masuk ke dalam batang pohon melalui lobang misterius itu.

Setelah masuk pada kedalam dua meter, aku menemukan sebuah ketok ukiran warna coklat. Kotak itu aku buka dan isinya intan, berlian dan emas batangan kecil. Kotak ukuran tinggi satu meter, lebar satu meter dan panjang satu setengah meter itu aku langsung ke luar lobang. Sesampainya di luar batang, aku kunci lagi kotak itu dan aku jatuhkan ke tanah.
Setelah jatuh di tanah, aku turun dari pohon dan membawa kotak itu keluar gerbang Hutan Taman Nasional Alas Purwo subuh dinihari. Habis sembahyang subuh di mesjid Kecamatan Pesanggrahan, aku segera kembali ke Jakarta dengan kereta api.

Sesampainya di Jakarta, di rumah kontrakan, kotak ukiran itu baru aku buka.
Duh Gusti, subhanallah, ternyata benar-benar ada emas batangan, intan dan berlian. Setelah aku bawa ke ahli, emas, intan dan berlian itu menghasilkan uang 30 milyar rupiah.
Sebagian besar uang itu aku tabung di bang, sementara sebagian yang lain, aku beli kembali sekolahan pesantren milik kiyai yang tergadai. Lain dari itu, aku bayar semua hutang kiyai, baik kepada perorangan maupun kepada bank.

Akhir tahun 2012 lalu, tanggal 29 Desember, Anita meninggal dunia. Aku mendapatkan kabar dari suaminya di Michigan City dan minta diberitahukan semua keluarga
bahwa Anita wafat karena serangan jantung. Pada tanggal 13 Januari 2013, Anita datang ke pesantren milik ayahnya. Datang juga ke Majelis Taklim Al Barokah, yang juga sudah aku bebaskan. Kukembalikan atas nama Kiyai Haji Diano Nimkan.

Aku tentu saja tersentak akan kehadiran Anita yang sudah meninggal dunia di Amerika Serikat itu. Yang datang bukan lagi Anita, tetapi hantu, jin yang menyerupai Anita.
"Anita, kau sudah meninggal di Amerika, mengapa kau maujud lagi dan datang ke pesantren serta majelis Taklim Kiyai Haji Diano Nimkan ini?" tanyaku.

"Aku ingin bertemu ayahku untuk meminta maaf. Aku telah melakukan . kesalahan besar kepada ayahku, sehingga ayahku ditinggalkan jemaahnya dan ayahku terpuruk. Kehancuran ayahku itu karena aku nikah tanpa restu dengan orang asing, aku pindah agama, keluar dari Islam sementara ayahku seorang kiyai terkenal. Bahkan aku pun sudah pindah warga negara, yang semuanya mengecewakan ayahku," desis Anita, sayup- sayup sampai.
"Ayahmu sudah meninggal dan kau tidak bisa meminta maaf karena kau tidak akan bertemu lagi dengannya," kataku.

"Ya, ya, untuk itulah aku gentayangan ke sini. Aku tidak menemukan ayahku di alam barzah. Karena kami sudah berbeda agama, maka tidak bisa bertemu ayahku yang islam sementara aku bukan beragam Islam lagi," ungkapnya, sedih.
Dengan uang pemberian kiyai lewat Hutan Alas Purwo itu, maka aku mengajak ratusan anak yatim dan memberikan santunan kepada mereka. Dalam acara itu, aku mengundang lima kiyai besar untuk melakukan doa penyempurnaan arwah Anita. Aku memotong dua kerbau bule dan Anita diritual supaya jasadnya menjadi sempurna dan normal. Benar saja, setelah acara itu, arwah Anita tidak muncul lagi hingga saat ini.

"Arwahnya sudah sempurna dan insya Allah dia bisa bertemu ayahnya di alam barzah," ungkap Kiyai Haji Makmun Safri, kiyai yang aku undang untuk memimpin ritual itu, meyakinkan.
Memang dia sudah tidak islam lagi, maka tempatnya berbeda dengan ayahnya di alam Barzah. Namun, kita tidak tahu, wallahualam, mungkin, jika Tuhan berkehendak, mungkin saja mereka bertemu dan keduanya saling berpelukan erat saebagi ayah dan anak. Kiyai sangat mencintai anak wanitanya ini, melebih kadar cintanya kepada dirinya sendiri. Namun sayang, Anita salah jalan akibat pergaulan yang terlalu longgar karena kemanjaan. Dari pergaulan itulah, dia sangat mencintai Richard dan mau keluar dari Islam demi cintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar