KISAH MISTERI : Siluman Ular Menyamar Sebagai istriku
Jin dapat dilihat secara transparan dengan kasat mata bila ia menjelma menjadi makhluk berwujud, ia bisa menjelma menjadi wanita yang sangat cantik, tetapi juga bisa menjelma menjadi makhluk yang sangat menakutkan dan menjijikkan...
Saat Itu Ardian dan istrinya Indah, juga anak perempuannya Adelia (7) berangkat dari Bandung ke Jakarta dengan kendaraan sendiri untuk menghadiri resepsi pernikahan putra paman indah. Setiba di Puncak, indah membujuk suaminya agar beristirahat sejenak di Telaga Warna sambil menikmati udara sejuk menyegarkan.
Ardian mengomentari ajakan istrinya itu kemudian, "Kalau saja saya bisa tahu musibah mengerikan dan menjijikkan yang terjadi akibat beristirahat di tempat itu, tentu saja permintaan istri saya itu akan saya tolak mentah-mentah. Tetapi karena saya tidak tahu tempat itu angker, saya meminggirkan mobil dan parkir di kawasan Telaga Warna tersebut. Apa yang terjadi sesudahnya membuat saya merinding dan tidak akan saya lupakan seumur hidup."
Setelah puas menikmati keindahan panorama Telaga Warna, mereka melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Waktu itu, jalan Tol Jagorawi sedang dalam proses penyelesaian, sehingga mereka masih harus melalui Jalan Bogor lama. Setibanya di Bogor, Indah meminta mampir di toko roti untuk membeli roti.
Adelia, puteri mereka pada saat itu lelah sekali sehingga tertidur di jok belakang, sedangkan Ardian merasa malas turun dari mobil. Jadi, Indah saja yang turun dan pergi ke toko roti tersebut.
Beberapa saat kemudian, Ardian melihat istrinya membawa bungkusan besar berisi roti dan makanan lainnya mendekat ke mobil, Ardian membukakan pintu mobil.
Saat istrinya memasuki mobil, sekilas tercium oleh Ardian aroma bunga kamboja bercampur kemenyan yang menyebabkan bulu kuduknya agak merinding. Tetapi karena melihat wajah istrinya berseri-seri seraya mengatakan bahwa ia telah membelikan beberapa roti kesukaan Ardian, maka Ardian segera melupakan keanehan yang dirasakannya muncul bersamaan dengan kedatangan istrinya itu.
Tanpa curiga dan berburuk sangka, Ardian menghidupkan mobil, lalu meluncur menuju Jakarta. Sayangnya mata Ardian kurang jeli, la tidak melihat bahwa beberapa detik sebelum mobil meninggalkan area toko roti, Indah muncul di pintu toko dengan membawa bungkusan besar dan melihat di dalam mobil ada wanita lain.
Akibatnya Indah marah besar, la mengira, suaminya pergi meninggalkan dirinya dengan membawa wanita lain. Saking marahnya, wanita cantik itu membantingkan bungkusan belanjaannya ke tanah dan dengan air mata bercucuran Indah kemudian pulang naik taksi ke Bandung. Hatinya dipenuhi emosi, marah, cemburu, benci, sedih dan kesal bercampur menjadi satu.
Hatinya yang terus menerus dipenuhi perasaan marah dan cemburu, bertanya- tanya siapa gerangan wanita yang pergi bersama suaminya itu? Setiba di rumah langsung Indah membanting tubuhnya ke atas tempat tidur dan menangis tersedu-sedu sambil tak henti-hentinya mengeluarkan ancaman terhadap suaminya.
Pada saat Indah marah-marah dan kecewa serta bersedih, Ardian sama sekali tidak merasa bersalah dan tak merasa telah menzholimi istrinya. Bahkan ia asyik berbicara dengan wanita yang dikiranya istrinya itu. Keheranan Ardian bertambah ketika istrinya kemudian merapatkan duduknya dan merebahkan kepala ke pundaknya.
Ketika rambutnya menyentuh pipi Ardian, kembali sekilas tercium oleh Ardian aroma wangi bunga kamboja bercampur aroma kemenyan, sehingga bulu romanya merinding lagi. Di dalam hati Ardian berjanji akan membelikan istrinya shampo standar, karena bau wangi shampo yang digunakannya saat itu menimbulkan rasa tidak sedap di hatinya.
Setiba di Jakarta, Ardian langsung ke hotel di kawasan Cikini, dan memesan kamar untuk satu malam. Acara resepsi pernikahan yang dihadiri Ardian bersama istri dan anaknya itu sangat meriah. Keluarga yang datang banyak sekali, sehingga bagaikan reuni keluarga besar. Mereka saling bertanya dan menceritakan keadaan terakhir keluarga masing-masing dengan gembira. Beberapa kali Adelia, meminta ayahnya membersihkan pipinya yang berubah menjadi merah bekas lipstik karena diciumi gemas oleh tante-tantenya.
Ketika berfoto bersama, istrinya semula menolak keras, tetapi setelah didesak- desak akhirnya ia mau juga. Akhirnya acara resepsi usai sudah dan satu per satu para tamu pamit pulang, demikian juga Ardian sekeluarga. Dalam perjalanan kembali ke hotel Ardian melihat istrinya sangat bahagia. Bahkan komentarnya terhadap suasana resepsi bertubi-tubi. Adelia sendiri kelelahan dan segera tertidur pulas begitu kepalanya menyentuh bantal.
Ketika adzan Maghrib berkumandang, terjadi kejutan dan sekaligus keanehan
yang irasional. Di luar nalar Ardian, istrinya terjun ke dalam Telaga warna. Ardian terkejut setengah mati dan cemas ketakutan. Apalagi setelah mendengar putrinya berteriak histeris dan kemudian menangis meraung- raung memanggil-manggil ibunya,
Setelah menunggu beberapa saat, namun istrinya tidak muncul juga dari dalam telaga, Ardian berteriak-teriak memanggil nama istrinya lalu kemudian terjun ke dalam air telaga untuk mencarinya.
Beberapa orang berkumpul melihat kelakuan Ardian yang dianggap aneh.
Ardian menjelaskan apa yang terjadi dengan suara terbata-bata dan tubuh gemetar kebingungan. Beberapa orang kemudian tergerak untuk ikut terjun berusaha mencari istri Ardian di dasar telaga. Beberapa wanita yang hadir berusaha membujuk mendiamkan Adelia yang terus menangis.
Saat itu pikiran Ardian terus bertanya- tanya, "Mengapa istriku tega berbuat begitu? Apa salahku? Setelah cukup lama tidak juga muncul dari dalam air apakah mungkin ia telah mati...?"
la menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat tiba di rumah, dan berniat untuk mengabari saudara-saudaranya perihal istrinya yang 'hilang' itu, agar besoknya, mereka dapat ikut membantu upaya pencarian. Dengan perasaan sangat sedih dan terpukul atas musibah ini, Ardian masuk ke dalam rumah dan...
Mendengar suara mobil memasuki rumahnya, Indah yang ternyata belum tidur, bangun dan meloncat mengintip dari jendela kamar. Mengetahui suaminya pulang, emosinya kembali muncul. Diambilnya sepatu hak tingginya dan berlari ke pintu depan.
Ardian sangat terkejut dan sekaligus merasa heran ketika membuka pintu depan, sepasang sepatu hak tinggi mendarat telak di kepalanya, dan perasaan herannya bertambah ketika melihat pelakunya adalah istrinya. Ardian kaget setengah mati, bahkan ketakutan, wajahnya pucat pasi, sehingga rasa sakit pada kepalanya yang benjol-memar karena terbentur sepatu tak dirasakannya lagi.
Bagaimana mungkin istriku yang hilang tenggelam di Telaga Warna sekarang muncul di hadapanku dengan wajah marah menakutkan dan suara menggelegar keras, mengumpat dan memaki? Batin Ardian.
Dengan terpana dan perasaan tak karuan, Ardian hanya bisa berdiri mematung di depan pintu, sementara Indah masih terus melemparkan segala macam benda ke arahnya sambil memaki-maki. Nalar Ardian pada saat itu masih kacau belum jalan, dan masih bingung, sehingga ia tak berusaha menghentikannya. Kemudian baru buka mulut, "Kaa...kamuu...ternyata kamu masih hidup? Akukira kamu sudah mati tenggelam."
Mendengar kata-kata itu, dan melihat keadaan suaminya yang kacau, kini giliran indah yang bingung, apalagi kemudian Adelia berlari dan memeluk dirinya sambil berteriak keras, "Mama... jangan melompat lagi ke danau, Adelia takuuut!"
Indah terkejut dan heran mendengar ucapan Adelia, sehingga kemarahannya mereda, dan matanya melotot ke arah suaminya, meminta penjelasan, sambil mendekap Adelia yang menangis tersedu- sedu di pelukannya. Ardian sendiri masih belum bisa mencerna dengan baik situasi di luar prediksinya itu, sehingga terpaku keheranan.
Pikiran Ardian berusaha menyimak kata- kata istrinya. Ditinggal di Bogor? Siapa wanita itu? Apa yang sesungguhnya telah terjadi? Bukankah aku pergi dengannya ke Jakarta? Kalau yang pergi denganku itu bukan istriku, lalu siapa wanita yang menyerupai diri istriku dari Bogor hingga terjun ke telaga itu?
Setelah berpikir sejenak sambil mengingat-ingat apa yang dialaminya di telaga angker itu, baru Ardian sadar bahwa wanita yang bersamanya itu bukan istrinya.
"Tidaaak...!! Aku tidak tahu bahwa wanita itu bukan kamu! Makhluk itu menyerupai dirimu, lalu aku mengira itu kamu, Ma," kata Ardian sambil memeluk indah. "Syukur Alhamdulillah, ternyata kamu masih hidup. Aku malah mengira kamu sudah mati, Sayang!"
Pelukan erat suaminya seakan takut kehilangan dirinya, membuat emosi Indah akhirnya mencair juga dan tenang, kemudian meminta penjelasan lengkap apa yang telah terjadi sebenarnya. Ardian menjelaskan kronologis kejadian yang telah dialaminya. Tentu saja dengan menyembunyikan adegan hubungan intimnya dengan makhluk halus itu. Tetapi Indah tak percaya. Tak masuk diakalnya. Untuk lebih meyakinkannya,
Ardian mengajaknya menelepon ke Jakarta.
Paman Indah di Jakarta setelah mengetahui kejadian ini, atas permintaan Ardian dan atas keingintahuannya atas peristiwa aneh yang membuat orang merinding itu, esok harinya dengan kereta api terpagi segera berangkat ke Bandung. Sang paman bersumpah menyakinkan Indah bahwa mereka bertiga - Ardian, indah dan Adelia - memang benar-benar datang ke resepsi pernikahan anaknya. Bahkan berfoto bersama, dan katanya nanti bila sudah diafdruk akan dikirim ke Bandung.
Sang paman terpaksa bermalam di Bandung karena Indah sangat terpukul dan histeris dengan kejadian fantastis dan menyeramkan itu. Bagaimana pun sang paman meyakinkan keponakannya itu, ia tetap tak dapat mempercayainya. Bahkan berkali-kali ia mengatakan apa yang diungkapkan itu tak masuk diakalnya.
Besoknya salah seorang putra pamannya itu datang dengan keluarga yang lainnya dan ikut meyakinkan Indah dengan kesaksian mereka dengan membawa hasil cetakan foto-foto resepsi perkawinan.Indah dengan perasaan penuh keheranan memperhatikan foto yang di dalamnya terdapat foto Ardian, suaminya sendiri, Adelia putrinya sedang menggandeng bayangan kosong. Ternyata makhluk berwujud indah yang juga ikut berfoto itu tidak nampak di kertas foto.
Tiba-tiba saja tubuh Indah terhuyung, dengan sigap Ardian menangkap tubuh istrinya agar tidak jatuh. Indah ternyata pingsan. Apa yang diceritakan kepadanya itu ternyata baginya cukup dahsyat menghantam jiwanya sehingga membuatnya syok. Mungkin terbayang di pikirannya apa saja yang dilakukan oleh suaminya dengan makhluk itu karena mengira bahwa makhluk itu adalah dia, isterinya.
Hingga saat ini tak seorang pun mengetahui siapa sesungguhnya wanita misterius itu, yang ikut naik mobil Ardian mulai dari toko roti di Bogor, tidur di hotel bersama Ardian, lalu akhirnya terjun ke Telaga Warna itu.Adelia sendiri tak pernah memikirkannya, karena pikirannya belum sampai ke sana. Bahkan ia sering bercerita kepada keluarga yang datang bahwa dirinya sangat senang diajak pergi jalan-jalan ke Jakarta bersama ibunya, menginap di hotel, pergi ke pesta, ia ternyata masih belum mampu memahami bahwa sesungguhnya orang yang dikiranya ibunya itu bukan ibunya.
Lalu pada suatu malam Ardian bermimpi didatangi makhluk hijau menyeramkan, berbadan reptil seperti bunglon tetapi kepalanya menyerupai istrinya. Makhluk itu minta maaf telah mengacaukan keluarga Ardian dengan menjelma dan menggantikan sosok Indah, la melakukan hal itu karena merasa tertarik mendengar celoteh indah yang mesra di tepi telaga mengenai enaknya bepergian ke pesta pernikahan. Maka ia ikut dalam mobil Ardian karena ingin tahu. Begitu ia melihat Indah masuk ke toko roti, kesempatan itu tak disia-siakannya lalu mendahului masuk ke mobil dengan wujud menyerupai Indah.
Makhluk itu memberitahukan bahwa ia sangat menikmati perjalanan itu dan tidak akan pernah melupakannya, dan berharap semoga Ardian juga demikian. Akhirnya dia minta maaf atas segala kelancangannya itu dan juga menitipkan permintaan maafnya kepada Indah.
Ardian yang sebelumnya marah dan benci kepada makhluk itu akhirnya luluh hatinya dan memaafkannya karena melihat tetesan air mata di pipinya tanda penyesalan dan ketulusan hatinya. Makhluk itu kemudian lenyap setelah sebelumnya mendoakan agar keluarga Ardian selalu hidup rukun dan bahagia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wkkk
BalasHapus