Kisah Misteri : Ritual Pengubah Kehidupan


Amalan pemberian sang kakek diamalkannya dengan tekun dan ikhlas, hingga akhirnya, Anto pun berhasil membalik keadaan...

Kehidupan Tito semakin terpuruk. Pesangon yang diterima dari perusahaan sebelumnya kini telah ludes tak bersisa, kecuali sebuah arloji dan motor. Tak ada lagi yang bisa diharapkan. Tito, si penerima bea siswa sejak semester pertama bahkan mendapatkan gelar mahasiswa dengan nilai tebaik dari Perguruan Tinggi-nya, kini hanya bisa tertunduk lesu tanpa daya ....
"Benar kata orang-orang tua,

Jakarta adalah kota yang kejam. Di sini, persahabatan baru akan terasa jika ada orang yang tengah membutuhkan bantuan dariku... jika tidak, maka, aku hanyalah sosok yang sama dengan yang lain," keluhnya.

Ya ... Anto benar-benar terpukul. Ketika sedang jatuh, tak ada seorang pun yang pernah mengaku sahabat datang menjenguk atau memberikan semangat lewat BBM. Semuanya seolah bersembunyi dan menjauh.

"Tapi, aku takkan pernah melupakan kalian semua. Biarlah keadaan ini kutanggung sendiri," katanya mencoba bersemangat.

Anto memang benar-benar tak pernah menyangka. Salah seorang sahabatnya di kantor, tega menusuknya dari belakang, la yang selama ini menjadi kepercayaan
pimpinan, bahkan ada yang menjulukinya pimpinan kecil, tiba-tiba harus ke luar dengan cara yang kurang menyenangkan. Hari itu, Anto benar-benar terpukul karena mendapatkan cercaan yang tak diduganya,

"Kalau tidak ikut saya, mana mungkin kamu bisa seperti ini...!" Demikian kata sang pimpinan ketika mengetahui bahwa mobilnya lecet entah kenapa.

Ketika Anto berusaha untuk menjelaskan, dengan lantang sang pimpinan pun berkata sambil berlalu; "Jangan membuat alasan, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya di SDM."

Anto tergugu, la tak pernah menyangka, Pak Budi yang semula demikian dihormati karena kesantunannya, kini berubah seratus delapan puluh derajat. Dengan langkah gontai dan tak mengerti apa kesalahan yang telah dilakukannya, Anto pun menuju ke ruang SDM. Ibu Wiwik pun menerimanya dengan ramah dan menyerahkan selembar kertas untuk ditandatangani dan amplop berisi uang tunai.

Anto dengan cepat membubuhkan tandatangan, dan Ibu Wiwik pun menyerahkan amplop itu sambil berkata; "Terima kasih Pak Anto, selama bekerja, Anda adalah yang terbaik."
"Saya juga tidak mengerti, kenapa Pak Budi bisa berubah jadi seperti itu," bisik Ibu Wiwik.
"Saya juga tidak mengerti, saya menanyakan kenapa mobil lecet, beliau malah menyalahkan saya," jawab Anto lirih.

"Sabar... ya Pak Anto. Ambil saja hikmahnya," ujar Ibu Wiwik.
Anto langsung mohon diri dan mengambil berbagai barang pribadinya di meja, kemudian pamit kepada kawan-kawannya dan pulang. Hari itu, adalah Jumat kelabu, yang tak mungkin dapat dilupakan oleh Anto....

Sorenya, ia mendapat kabar lewat BBM, bahwa, yang menggantikan posisinya adalah Yudi. Orang yang selama ini memang terus mencari-cari kesalahannya. Anto pun menjawab; Dia adalah orang yang tepat, tak baik kalian berburuk sangka....

Mulanya Anto yakin, dalam dua bulan, ia pasti mendapatkan pekerjan lagi. Tetapi apa daya, menjelang bulan ketiga, bahkan sampai pesangonnya yang tak seberapa itu habis, ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Inilah yang membuat, kenapa malam itu ia memutuskan segera pulang ke kampung halamannya selama beberapa hari untuk menenangkan pikiran.

Esok malam, Anto sudah ada di dalam perut bus malam yang membawanya ke kampung halamannya. Paginya, ia pun
sudah tiba di rumah dan disambut dengan hangat oleh ayah, ibu dan adiknya. Mereka pun saling melepaskan kerinduan dengan bertanya tentang keadaan masing-masing. Dan sebelum ke kamar mandi, Anto pun menceritakan apa yang dialaminya sehingga ia keluar dari perusahaan milik Pak Budi.

Sambil mencucurkan air mata, sang ibu pun berkata; "Sabar... biarkan Allah yang membalas segala kelakuannya."

"Ah ... aku tak menyangka, zaman sudah begini, kok masih ada orang yang berpikiran sepicik itu," timpal sang ayah, "kalau begitu, istirahat saja dulu, nanti, bakda salat Dzuhur, kita sowan ke rumah Mbah Kromo," imbuhnya.
Anto pun hanya mengangguk dan berlalu....

Siangnya, usai mendirikan salat Dzuhur berjamaah di masjid yang ada di kampungnya, Anto tampak berjalan bersama dengan ayahnya menuju ke pinggiran desa.

Ya ... mereka sengaja sowan ke rumah Mbah Kromo, sosok pinisepuh yang sering didatangi orang untuk berbagai keperluan.

Mbah Kromo tampaknya memang sudah menunggu kedatangan keduanya. Buktinya, belum lagi Anto dan ayahnya uluk salam, dari dalam terdengar; "Waalaikumssalam ... silakan masuk."

"Alaikumssalam", Ucap Anto dan ayahnya saling berpandangan sambil berjalan ke arah kursi tamu yang salah satunya sudah diduduki oleh Mbah Kromo. Tak cukup sampai di situ, di meja juga sudah tersaji dua gelas kopi panas dan sepiring goreng pisang.

"Alhamdulillah ... lepas Dzuhur, aku memang sudah duduk di sini menunggu kalian," kata Mbah Kromo sambil terkekeh.

Anto dan ayahnya kembali saling berpandangan. Keduanya hanya tersenyum, karena sudah maklum dengan gaya Mbah Kromo yang memang masih memiliki hubungan kerabat dengan mereka.
"Tadi malam, Anto malahan sudah datang dan menceritakan semuanya kepadaku," lanjutnya lagi dengan mantap.

"Jadi bagaimana jalan keluarnya Mbah?'
Tanya Anto.
"Mudah-mudahan doa kita diijabah Allah. Sekarang, silakan minum dan cicipi dulu goreng pisangnya., mumpun masih hangat", kata Mbah Kromo dengan santai.

Tanpa diperintah untuk kedua kalinya, Anto dan ayahnya langsung menyeruput kopi panas dan masing-masing mengambil goreng pisang. Sambil menghembuskan rokoknya dalam-dalam, kembali Mbah Kromo memaparkan; "Ilmu ini perpaduan Islam dan Jowo. Menurut buyutmu, ilmu ini banyak diamalkan oleh para petinggi di zamannya. Mudah-mudahan, ilmu ini juga bermanfaat untukmu".
"Ambil kertas dan catat", lanjut Mbah Kromo, "pertama-tama ambil segelas air putih secukupnya", imbuhnya kemudian langsung mendikte ilmu Ritual Pengubah Kehidupan....

Bismillahirrohmanirrohiim,
Tawakaltu ya nur cahyo, nur iman, nur ala nurin,
Bismillahirrokhmanirrokhiim qulhuwallohu ahad,
Allohussamad, Lam yalid walam yuulad, Walam yakullahu kuffuwan ahad,
Dzat romanirrokhiim sukmo mulyo urip joyo sampurno katon padhang njingglang, Kaluhuriing ono ing badan ingsun.laa ilaha ilalloh Muhamadarosululloh.

"Baca amalan di atas dengan tahan napas, perlahan dan penuh perasaan merendah kepada Yang Maha Hidup. Kemudian tiupkan ke gelas Baca sebanyak empat puluh satu kali, dan tiap usai membaca tiupkan. Setelah itu, minum airnya sampai habis. Dan lakukan selama empat puluh satu hari, kalau bisa, jadikan sebagai amalan harian," papar Mbah Kromo.

Apakah ada waktu khusus untuk membacanya?" Tanya Anto perlahan.
"Akan lebih baik jika dibaca tiap selesai mendirikan salah Maghrib," jawab Mbah Kromo sambil tersenyum.

Setelah dirasa cukup, Anto pun mohon diri dengan perasaan lega. Pada hari ketiga, ia pun sudah kembali ke Jakarta. Dan pada hari ke lima belas, Anto sudah mulai bekerja dan menduduki jabatan penting ketimbang yang dulu. Sampai sekarang, Anto terus saja mengamalkan apa yang diwariskan oleh Mbah Kromo dengan tekun. Ya ... dalam waktu sekitar tiga bulan, Anto berhasil membalik keadaan. Itu semua karena Allah, sedang amalan dari Mbah Kromo hanyalah ikhtiar semata.

Kini Anto sudah bersiap-siap mempersunting gadis idaman hatinya. Selain itu, sejak beberapa bulan lalu, keduanya sedang sibuk mengisi sebuah rumah mungil di daerah yang masih banyak ditumbuhi pepohonan nan rindang, di sebelah selatan belantara Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar