Kisah Misteri : Bangkitnya Arwah Pemuja Siluman


Demi menjaga privasi sejumlah pihak yang menjadi penutur dan saksi mata peristiwa aneh ini, maka tempat kejadian sengaja kami rahasiakan. Begitupun dengan nama- nama pelaku sengaja telah kami samarkan....

Meninggalnya Jarkum bagi sebagian penduduk Kampung Segara sungguh menimbulkan efek yang sangat mengejutkan. Adaiah kewajiban bagi setiap makhluk yang hidup di muka bum. mi untuk mati kapan saja. Namun,kematian JaTkum telan menimbulkan hal mistis di mata penduduk kampungnya. Pasalnya, di mata masyarakat setempat, Jarkum yang kaya raya tersebut dianggap telah memuja pesugihan tertentu.

Bahkan, penduduk kampung menganggap pesugihan yang dimiliki Jarkum lebih dari satu.
Cerita tentang jalan sesat yang di­tempuh Jarkum memang sejak iama ter­dengar. Beberapa buruh tani yang me­ngerjakan sawahnya kerap sekali melihat perwujudan celeng jadi-jadian di sekitar rumahnya.

Di lain pihak, ada yang me­nganggap Jarkum memiliki pesugihan bua­ya putih. Kisah ini beredar ketika suatu saat ada penduduk yang melihat Jarkum mandi di danau, di saat hari diguyur hujan lebat. Menurut saksi mata, ketika itu Jarkum man­di dengan menunggangi seekor buaya putih.

Sementara itu, ada juga warga yang mengaku telah melihat penampakan wanita-wanita cantik di tempat usaha Jarkum, seperti toko atau di tempat peng­gilingan padi miliknya. Karena seringnya terjadi penampakan aneh ini, kemudian di isyukan oleh orang desa bahwa Jarkum ju­ga memiliki Pesugihan Keputren.

Kontroversi seputar pesugihan yang dimiliki oleh Jarkum memang menjadi cerita tersendiri bagi penduduk kampung. Semua tahu bahwa Jarkum orang yang sangat kuat perekonomiannya, meskipun pertaniannya sering gagal panen, tapi hal tersebut tidak membuat Jarkum lantas bangkrut. Hal itu memperkuat kesimpulan para penduduk kampung bahwa uang yang mengalir ke tangan Jarkum memang dari sebuah perjanjian gaib. Benarkah anggapan sebagian penduduk itu?

"Saya yakin, Pak Jarkum memang memiliki pesugihan," kata Tarmin kepada Diman.
Sementara itu Diman hanya mengangguk-angguk saja, seakan membenarkan ucapan Tarmin. Memang, Diman sendiri pernah membuktikan bagaimana Jarkum memiliki makhluk halus. Pernah suatu ketika Diman mencuri buah kelapa dari kebun Jarkum. 

Diman yakin bahwa ketika dia memanjat dan memetik tiga buah kelapa dari kebun Jarkum, tidak satu or­ang pun yang melihat aksinya. Namun sore harinya Jarkum datang ke rumah Diman dan menyindir, "Kalau ngambil tidak usah tiga biji, kamu boleh mengambil semua yang ada di kebunku." .
Tentu saja sindiran itu membuat Diman melongo dan sulit percaya bagaimana Jarkum bisa mengetahui aksinya itu, se­mentara kala itu dia sangat yakin tidak ada manusia lain di kebun itu kecuali dirinya.

Apa yang dialami Diman tidak seperti yang dialami Tarmin. Yang membuat Tarmin yakin bahwa Jarkum memiliki pesugihan adalah berhubungan dengan sakit aneh
yang diderita anaknya. Kejadiannya berawal ketika Tarmin tertarik dengan ranting-ranting kering yang berserakan di salah satu pekarangan Jarkum. Karena dia mengira bahwa Jarkum tidak membutuh­kan ranting-ranting kering tersebut, maka dia membereskan ranting-ranting kering tersebut dari pekarangan Jarkum dan membawanya pulang. 

Sorenya ada ke­jadian aneh yang menimpa pada Tuti, anak keduanya. Tiba-tiba tubuh Tuti demam tinggi. Matanya mendelik-mendelik memperhatikan pintu depan. Sedang jari te­lunjuknya menuding ke depan dengan rasa penuh ketakutan. Mulutnya menceracau tak karuan.
"Ampun Pak Jarkum, saya jangan di­bawa. Ampun, saya jangan di bawa, Paak...!" begitulah suara yang sering di­gumamkan Tuti.

Igauan anak keduanya itu membuat Tarmin tersadar bahwa anaknya sedang dibawah pengaruh gaib makhluk halus yang menyerupai Jarkum. Dan Tarmin sa­ngat yakin bahwa makhluk halus yang me­nyerupai Jarkum tentulah pesugihan milik Jarkum sendiri yang merawat dan meme­lihara kekayaan milik juragannya. Karena sakit aneh anaknya tentu berhubungan dengan ranting-ranting kering yang diambil dari pekarangan milik Jarkum, maka karena itu Tarmin segera mengembalikan ranting-ranting tersebut ke tanah pekarangan semula. 

Dan secara aneh, sakit demam Tuti tiba-tiba hilang setelah dia mengembalikan ranting-ranting kering tersebut.
"Untung belum aku gunakan sebagai kayu bakar," kata Tarmin sembari menghela nafas panjang.
Diman masih mengangguk-angguk mendengar cerita Tarmin. Dia seperti warga masyarakat di kampungnya, yang semakin mempercayai bahwa Jarkum memang
memiliki pesugihan.

Apalagi sekarang. Kematian Jarkum terjadi secara mendadak: Mobilnya tabrak dari depan oleh truk gandengan ketika mobil itu tengah meluncur tenang jalan Pantura. Yang menjadikan aneh dari tragedi kecelakaan itu adalah Bardas dan Aryanto yang duduk di samping sopir se­lamat. Sedang Jarkum yang posisinya paling belakang saat itu juga mati di tempat. Tubuhnya masih utuh tanpa luka sedikitpun. Tidak seperti Bardas dan Aryanto yang duduk di depan. Rata-rata wajah mereka rusak dan mengalami kelumpuhan akibat sendi tulangnya patah Bahkan Bardas kehilangan salah satu telinganya akibat tergencet kabin ken­daraan.

Mengapa Jarkum yang tanpa luka justeru tewas seketika? Apakah dia memiliki kelainan jantung, sehingga akibat kejutan yang amat besar akhirnya anpal?

Yang pasti, kematian Jarkum akibat ke­celakaan di Jalan Pantura tersebut menyempurnakan anggapan orang bahwa dia me­mang memelihara pesugihan. Para warga di kampung halamannya menduga, kece­lakaan tersebut hanyalah sebagai pertanda habisnya masa kontrak umur antara Jarkum dengan siluman yang dipujanya.

Enam rumah mewah, empat buah mobil truk, dua buah mobil pribadi dan tanah pertanian yang begitu luas ditinggalkan Jarkum begitu saja tanpa dia dapat menghalau kematian itu sendiri. Lalu untuk apa dia bersekutu dengan setan selama ini, sementara semuanya harus berakhir dengan kematian yang sangat mengenaskan...?

Jarkum di kuburkan oleh penduduk de­sa. Meski orang kampung hampir seluruh­nya mempercayai pemujaan Jarkum terha­dap iblis, tapi banyak juga yang melayat Kebanyakan anak-anak kecil dan para pe­muda. Mereka mengira dengan ikut melayat jenazahnya, maka mereka akan men­dapatkan uang cuken yang besar karena Jarkum memang orang kaya. Dan dugaan mereka tidak meleset karena setiap orang yang ikut melayat jenazah Jarkum menda­patkan cuken sebesar dua puluh ribu per orang dari keluarganya.

Akhir dari semuanya, kematian Jarkum membuat orang-orang kampung keta­kutan. Pasalnya sehari setelah kematiannya, ada yang menyebarkan isu bahwa arwah­nya gentayangan. Kebetulan yang melihat arwah Jarkum adaiah Tarmin, yang me­ngaku telah memergoki Jarkum yang sudah mati sehari sebelumnya sedang duduk-duduk di dekat tugu perbatasan desa.

Karuan, Tarmin langsung lari tunggang langgang sampai terkencing-kencing di celana.
Kesaksian Tarmin didukung oleh Soma yang yang tinggal di _ _-g gang. Soma mengatakan bahwa sorenya setelah Jarkum di kuburkan dia melihat Jarkum berjalan-jalan sendirian melewati jalan  depan rumahnya.

Betul, aku juga melihatnya bahkan aku sempat menyapanya, tambah Samin dengan wajah memucat.
Waktu itu Samin yang baru pulang dari Cirebon memang belum tahu kalau Jarkum sudah meninggal dunia. Maklum ketika Jarkum mengalami kecelakaan hingga dikuburkannya Samin tidak berada di desanya, la sedang bekerja di Cirebon.

"Munculnya arwah Jarkum mengelilingi desa ini tentu menandakan akan terjadi sesuatu. Tapi apa, ya?" Tarmin menger­nyitkan keningnya.

"Mungkin dia akan mencari tumbal untuk temannya di alam gaib," duga Soma menimpali.
Nyatanya, benar juga apa yang di perkirakan Soma. Paginya setelah arwah Jarkum gentayangan, tiba-tiba salah seorang keluarganya mengalami kecelakaan di jalan raya. Dia meninggal mendadak. Hal ini tentu membuat panik orang kampung. Mere­ka takut kalau arwah Jarkum salah memilih orang untuk ikut ke alam baka. Apalagi orang-orang yang semasa hidup Jarkum mempunyai tanggungan hutang kepada Jarkum. Ketakutan itu bukan hanya di alami oleh orang kampung tapi juga oleh keluar­ganya.

Sebelum ada kejadian-kejadian lainnya, maka salah seorang keluarganya mengkonsultasikan kepada seorang kyai ternama yang mukim di desa tetangga. Kyai Ikhsan, sebut saja demikian. Dia menyanggupi untuk menyempurnakan arwah Jarkum yang penasaran.

Hari itu, sehabis Maghrib Kyai Ikhsan dengan beberapa santrinya mendatangi makam Jarkum. Mereka berniat menggelar sebuah ritual khusus. Ritual yang dipimpin Kyai Ikhsan ini juga dilihat oleh beberapa penduduk yang bernyali besar untuk me­nyaksikan apa yang akan terjadi.

Tahlilan pun digelar di makam Jarkum. Semua yang hadir dalam ritual tahlilan itu sangat konsen menyebut nama Yang Maha Kuasa. Lima belas menit setelah tahlilan itu berlangsung terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Aneh, semua obor yang dibawa oleh para santri dan penduduk padam. Bahkan lampu listrik yang ada di pintu gerbang tanah pemakaman ikut mati. Akibatnya, semua yang hadir menyaksikan ritual penyempurnaan arwah Jarkum menjadi panik. Apalagi di saat yang sama mereka merasakan tanah pemakaman tiba-tiba ber­getar hebat.

Akibat keanehan yang terjadi, lantunan nama-nama Allah-pun di dengungkan oleh para santri dan Kyai Ikhsan. Sementara tanah pemakaman itu semakin bergetar dengan hebat. Hampir semua yang hadir merasakan getarannya. Tidak berapa lama kemudian munculnya sosok Jarkum dengan wajah yang pucat. Sosok itu sepertinya menyembul dari dalam tanah yang berubah menjadi gembur seperti lumpur.

"Tolong, Pak Kyai. Saya disandera oleh iblis-iblis yang selama ini membantu saya di dunia," pinta Jarkum kelihatan bersedih.
Mendengar permintaan arwah Jarkum yang memelas, Kyai Ikhsan manggut-manggut. Dia kemudian menengadahkan tangannya. Tak lama kemudian, beberapa larik sinar putih kebiruan tiba-tiba menyambar-nyambar di sekitar kuburan Jarkum. 

Setiap sinar itu menyambar, lalu terdengarlah lengkingan suara nyaring mirip hewan-hewan yang terluka. Entahlah suara hewan apa, dan makhluk apa. Mungkin itu suara-suara iblis yang menyandera arwah Jarkum.

Pada saat kejadian tersebut berlangsung, tanah di sekitar pekuburan semakin bergetar hebat, untuk kemudian getarannya semakin pelan dan hilang.
"Terima kasih, Kyai. Kini aku akan pergi ke hadapan Tuhan untuk mempertanggungjawabkan semua dosa yang aku buat se­lama di dunia," kata arwah Jarkum untuk kemudian menghilang bersama asap yang sangat tipis.

Semua orang yang hadir pada tahlilan tersebut terkesima. Mereka benar-benar takjub pada apa yang barusan terjadi. Sung­guh sulit dipercaya. Namun, mereka menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Kejadian itu telah membuat keimanan warga Kampung semakin bertambah. Merekapun meninggalkan pemakaman tersebut dengan hati yang puas karena pertanyaan yang selama ini menggayut di benak mereka tentang siapa Jarkum yang sebenarnya, kini semuanya telah terjawab.
Ya, begitulah balasan yang diterima oleh seorang anak manusia yang telah menempuh jalan sesat demi memuaskan nafsunya. Semoga kita terhindar dari kenistaan seperti yang dilakoni oleh Jarkum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar